Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Umat
Islam sangat yakin bahwa Al-Quran adalah firman Allah. Bagaimana bisa umat
Islam sampai berkesimpulan demikian? Apakah yang membuktikan Al-Quran adalah
wahyu Allah? Dengan menggunakan berpikir logis/silogisme deduktif (dari bukti
menuju kesimpulan), maka kita akan tahu kebenarannya.
Islam, Kristen dan Silogisme
Demikian
silogisme soal pewahyuan Al-Quran:
1. Allah itu Maha Benar dan Maha Tahu pasti
tidak pernah salah.
2. (Jika) Al-Quran tidak berisi satu kesalahan
pun.
3. (Maka) Al-Quran berasal dari Allah.
Kebenaran
No.1 kita akui bersama. Kita akan menguji No.2, agar sampai pada kesimpulan
No.3. Benarkah sejarah dan Kitab Allah mendukung kesimpulan No.3?
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja
Yesus berupaya membuktikan keyakinan umat Islam terhadap Al-Qur’an adalah
salah. Dengan menggunakan silogisme, mereka menyimpulkan bahwa Al-Qur’an
bukanlah firman Tuhan. Tidak ada yang salah dengan silogismenya, saya sepenuhnya
sangat setuju. Kesalahan bukan terletak pada silogimenya, tetapi kesalahan
terletak pada penggunaan Injil Kristen sebagai tolok ukur kebenaran. Mengapa
penggunaan Injil Kristen sebagai tolok ukur kebenaran adalah sebuah kesalahan?
Karena jika Injil Kristen di uji dengan silogisme yang sama, maka akan dapat
disimpulkan bahwa Injil Kristen bukanlah firman Allah. Jika Injil Kristen bukan
firman Allah, maka ayat-ayatnya tidak dapat dijadikan tolok ukur kebenaran. Jika
ayat-ayat Injil Kristen tidak dapat dijadikan tolok ukur kebenaran, maka dengan
dasar apa Al-Qur’an dapat disalahkan?
Tidak ada seorangpun yang telah naik ke
sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia
(Yohanes 3:13). Pada ayat tersebut
dikatakan bahwa tidak ada yang naik ke sorga selain Yesus. Ayat tersebut salah
karena dalam Bible Perjanjian Lama, Elia naik ke sorga dengan kereta berapi; Sedang mereka berjalan terus sambil
berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan
keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai. (2Raja 2:11)
Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi
ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja.
Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!"
Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu (Matius 21:19). Pada
ayat tersebut dikatakan bahwa pohon ara yang dikutuk oleh Yesus menjadi kering
seketika itu juga. Ayat tersebut salah karena dalam Injil Kristen yang lain,
pohon ara tidak kering seketika tetapi kering di pagi keesokan harinya; Pagi-pagi ketika Yesus dan
murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke
akar-akarnya. (Markus 11:20)
Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota
yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang
(Matius 10:23). Pada ayat tersebut
Yesus berkata bahwa dirinya akan datang sebelum murid-muridnya selesai
mengunjungi kota-kota Israel. Ayat tersebut salah karena walaupun murid-murid
Yesus telah selesai mengunjungi kota-kota Israel dan bahkan mereka semua telah
lama mati, tetapi Yesus tidak kunjung datang.
Al-Quran: Isa Lahir Di Bawah Pohon Kurma
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Al-Quran
mengatakan “ . . . Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa
ia [Maryam](bersandar) pada pangkal pohon kurma . . .” (Qs 19:22-26).
Benarkah ini? Faktanya, Yusuf dan Maryam/Maria pulang “. . . ke kota . . .
Betlehem . . . dan ia [Maryam]melahirkan seorang anak
laki-laki [Yesus/Isa Al-Masih], . . . , lalu dibungkusnya dengan lampin
dan dibaringkannya di dalam palungan [di kandang domba] . .
.” (Injil, Rasul Lukas 2:1-7).
Jawaban Saya: Al-Qur’an menceritakan
Maryam bersandar pada pokok pohon kurma ketika merasa kesakitan akan melahirkan
anak (Maryam: 23). Keterangan tersebut di anggap salah oleh kafir Kristen
pemuja Yesus karena tidak sesuai dengan keyakinan mereka selama ini bahwa Yesus
dilahirkan di kandang domba. Tidak ada satu ayat pun dalam Injil Kristen yang
menyatakan Yesus lahir di kandang domba. Keyakinan tersebut muncul berdasarkan
spekulasi ketika Injil Kristen menyebut bayi Yesus diletakkan di palungan.
Ian
Paul, seorang teolog dari Inggris yang telah mempelajari alkitab dalam bahasa
Yunani kuno. Ia menjelaskan bahwa berdasarkan bukti-bukti injil dan studi
budaya Israel Kuno, Paul menegaskan tidak sependapat dengan terjemahan kisah
Injil yang mengatakan Yusuf dan Maria ditolak dari rumah penginapan yang penuh
sesak dan karena itu terpaksa mencari persinggahan di sebuah kandang
menyedihkan tempat Yesus dilahirkan. Menurut Paul, pengisahan yang demikian
itu tidak masuk akal dan tidak sesuai
dengan budaya zaman itu. Ia mengatakan munculnya versi kisah yang demikian
karena ada kekeliruan penerjemahan kata “Kataluma” dari bahasa Yunani Kuno.
Dia
berpendapat bahwa kataluma telah secara keliru diterjemahkan menjadi tempat
penginapan. Padahal arti yang lebih pas adalah ruang tamu. Menurut dia, ketika
Yusuf dan Maria tiba di tempat kerabat mereka di Betlehem, ruang tamu sudah
penuh, karena mereka datang terlambat dibanding kerabat yang lain. Itu sebabnya
pasangan itu tidak ditempatkan di kataluma yang sudah penuh melainkan di ruang
keluarga. Disanalah mereka berada bersama-sama dengan tuan rumah.
Joas
Adiprasetya, ketua Sekolah Tinggi Teologi Jakarta yang juga pendeta GKI
Pondok Indah. Melalui sebuah tulisan berjudul Natal Perdana, Ruang
Keramahtamahan dan ia bagikan lagi melalui akun facebooknya pada 15 Desember
2014. Joas Adiprasetya mengatakan bahwa penelusuran lebih seksama akan kisah
Natal, khususnya versi Lukas, menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan kataluma
lebih berarti ”ruang tamu” atau ”ruang atas” ketimbang penginapan. Doktor
teologi dari School of Theology Boston University, AS ini mengatakan dalam
Injil Lukas yang dipakai untuk menyatakan penginapan adalah pandoceion.
Joas
menambahkan, pada masa itu sudah
menjadi kelaziman jika seorang perantau
mendatangi rumah sanak-saudara mereka. Demikian pula dengan Yusuf dan Maria yang
pulang ke Betlehem demi mengikuti sensus. "Sangat mungkin mereka
mendatangi rumah seorang kerabat, sama seperti banyak kerabat lainnya. Dan bisa
dibayangkan bahwa Maria dan Yusuf tiba terlambat, karena kehamilan Maria yang
membuat perjalanan mereka tersendat," tulis Joas.
Berbeda
dengan Paul yang membayangkan Maria melahirkan di ruang utama tempat para
keluarga berkumpul, Joas menduga tuan rumah mempersilakan Yusuf dan Maria ke
tempat yang lebih tenang.
"Saya
membayangkan, akhirnya, dengan seluruh pertimbangan itu, si pemilik rumah,
kerabat Yusuf itu, berusaha memberikan ruangan yang terbaik, yang terpisah dari
kamar tamu yang telah penuh sesak itu," tulis Joas.
"Sesuai
dengan bentuk-bentuk rumah orang Yahudi pada masa itu, satu-satunya kemungkinan
adalah menempatkan Yusuf dan Maria di ruangan bawah. Tak ada pilihan lain.
Sekalipun itu bukan ruang tamu
(kataluma), sekalipun di sanalah mereka biasa menjaga ternak mereka di waktu
malam (dan karena itulah terdapat palungan)."
Al-Qur’an
yang menceritakan Nabi Isa AS lahir di bawah pohon kurma di anggap salah oleh
kafir Kristen pemuja Yesus karena mereka berpendapat Yesus dilahirkan di
kandang domba. Tetapi pendapat tersebut juga disalahkan oleh dua orang Teolog
Kristen yang menganggap kataluma telah salah diterjemahkan.
Al-Quran: Penyaliban Di Zaman Firaun
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Al-Quran
menuliskan “Fir`aun berkata: “. . . aku akan menyalib kamu
semuanya” (Qs 7:123 – 124). Faktanya, hukuman penyaliban tidak ada, tidak
dipraktekkan pada masa Firaun Bangsa Persia (abad 6 sM) dan kekaisaran
Romawilah yang mulai memakai hukuman penyaliban. Firaun hidup sekitar tahun
2000 sM/sebelum Masehi. Jadi ada selisih waktu 1400 tahun dengan zaman Persia,
dan 2000 tahun dengan kekaisaran Romawi.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus tidak berbicara sesuai
fakta, mereka berbicara dengan kebencian dan kedengkian terhadap Islam. Jika
mereka berbicara sesuai fakta, maka seharusnya mereka tahu kalau keberadaan
Salib pada zaman Firaun, Musa dan Harun itu tidak bertentangan dengan fakta
sejarah yang mencatat bahwa Salib sudah dikenal pada zaman Mesir Kuno.
Mula-mula masyarakat Mesir kuno mengenal salib di dalam bentuk Tau yang
kemudian digabungkan dengan lingkaran di atasnya. Salib di Mesir ini dikenal
dengan nama ”Crux Ansata” atau biasa disebut ”Key of the Nile.”
Sir
J. Gardner Wilkinson dalam bukunya ”Manners and Customs of the Ancient
Egyptians” menuliskan bahwa pada pemerintahan ini dikenal dengan Amenophis IV
dan istrinya, keduanya telah menerima salib dari Dewa Matahari, kemudian mereka
menggabungkan matahari dengan salib menjadi suatu simbol aneh yang disembah
pada waktu itu. Jadi pada masa sebelum kekristenan eksis, salib bagi masyarakat
Mesir kuno dihubungkan dengan simbol “Kehidupan” dan “Pemberi hidup” yang
menunjuk kepada penyembahan Dewa Matahari.
Teolog
Katolik, Herbert Haag dalam bukunya Biblisches Wörterbuch (Kamus Alkitab, hlm.
392) mengakui bahwa Salib sudah ada sejak dalam kebudayaan yang tertua Babylon,
Meksiko, Mesir, dan Jerman. Di Mesir, salib dikenal dengan salib engsel,
sedangkan di Jerman dikenal dengan salib roda matahari.
Jika
salib sudah dikenal dalam kebudayaan tertua di Mesir, maka kisah Al-Qur'an
tentang hukuman salib yang dilakukan Firaun di Mesir adalah fakta yang tidak
perlu dipersoalkan.
Al-Quran: Isa Tidak Tersalib
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Tertulis
dalam Qs 4:157 “. . . mereka[orang Yahudi]tidak membunuhnya dan tidak
(pula) menyalibnya [Isa] . . .” Bagaimana kesaksian Injil Allah?
Injil Allah menyaksikan “. . . prajurit-prajurit[Romawi] itu
menyalibkan Yesus [Isa Al-Masih] . . .” (Injil, Rasul Besar Yohanes
19:23). Kesaksian Injil adalah bukti paling sahih, sebab penulisnya para murid
Isa Al-Masih, sebelum tahun 90 masehi. Jadi sangat dekat dengan peristiwanya.
Jawaban Saya: Cerita tentang Yesus yang
terdapat dalam Injil Kristen berasal dari kesaksian dan penyelidikan (Lukas
1:2-3). Justru karena berasal dari kesaksian itulah cerita tentang disalib dan
terbunuhnya Yesus sangat bisa salah. Yang anda harus ingat, Nabi Isa AS
diselamatkan oleh Allah dengan rahasia, yaitu dengan jalan diserupakan dengan
orang lain. Orang yang telah diserupakan dengan Nabi Isa AS ini kemudian di
tangkap dan di salibkan. Saksi mata yang menjadi sumber karangan penulis Injil
mengira yang telah ditangkap dan di salibkan adalah Nabi Isa AS, padahal itu
adalah orang lain yang sebelumnya telah diserupakan dengan Nabi Isa AS.
Pendapat Sejarawan Akan Kematian Isa
Al-Masih
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Joshepus
(37-100 Masehi), sejarawan Yahudi, mengakui “. . . hiduplah . . .
Yesus [Isa Al-Masih]. . .Pilatus memerintahkan Ia disalibkan hingga mati .
. .”
Tacitus
(56-117 Masehi), sejarawan Romawi, mencatat “. . . Kristus[Isa
Al-Masih] . . .menjalani hukuman yang kejam . . . di tangan . . . Pontius
Pilatus . . .”
Jawaban Saya: Dalam hal ini jawaban
saya sama dengan jawaban saya di atas.
Pendapat Pakar Islam Soal Kematian Isa
Al-Masih
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Penafsir
Muslim awal-awal, Al-Tabari mengakui kematian Isa. Tulisnya, “'Meninggal'
(wafat) berarti kematian yang sungguh, secara harafiah . . ."
Jawaban Saya: Saya tidak dapat
menangkap dengan jelas kata-kata ath-Thabari yang dikutip oleh kafir Kristen
pemuja Yesus di atas. Mereka sengaja memengal kata-kata ath-Thabari agar
terkesan menyatakan Yesus mati di salib. Tetapi kalau saya tidak salah.
Kata-kata ath-Thabari di atas adalah komentar beliau mengenai firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an;
"Hai Isa, sesungguhnya Aku akan
menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta
membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang
mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian
hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal
yang selalu kamu berselisih padanya." (Ali 'Imran: 55).
Pada
ayat di atas terdapat kata izqolallahu
ya'Isa Inni mutawaffika warofi'uka, Artinya adalah ”Ketika Allah berkata:
“Wahai 'Isa, Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu
kepada-Ku”. Memang ada perbedaan pendapat ulama mengenai kata mutawaffika (mematikan kamu). Mayoritas
ulama berpendapat bahwa yang dimaksud kematian pada ayat tersebut adalah tidur,
sebagaimana Al-Qur’an juga menggunakan kata “Tawaffa” dalam ayat Wahualladzi
yatawaffakum billayli (Dialah yang memegang/menidurkan kamu di malam hari
[Al-An’aam: 60]) dan ayat-ayat lainnya. Kalau pun ada ulama yang berpendapat
“Tawaffa” adalah kematian yang sesungguhnya, mereka TIDAK PERNAH menyatakan
kematian yang dimaksud pada ayat tersebut adalah kematian Nabi Isa AS sebab di
salib oleh orang-orang Yahudi. Karena pada ayat Al-Qur’an lainnya dengan sangat
jelas telah menyatakan Nabi Isa AS tidak dibunuh dan tidak pernah di salib;
"Sesungguhnya
kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal
mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka
bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam
keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan
tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (An Nisaa': 157).
Tujuan Kematian Isa Al-Masih
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Tujuan
kematian Isa Al-Masih ialah menanggung hukuman dosa dan memberikan pengampunan
dosa kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Firman-Nya “Sebab
inilah darah-Ku . . . yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan
dosa. (Injil, Rasul Besar Matius 26:28).
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja
Yesus mengatakan bahwa Yesus mati untuk menanggung dosa setiap orang yang
percaya. Mereka berpikir logis hanya ketika berhadapan dengan Al-Qur’an. Tetapi
jika dengan isi Bible, mereka menjadi orang yang tidak dapat berpikir logis.
Mana mungkin orang yang dapat berpikir logis mempunyai keyakinan Yesus
mati untuk menanggung dosa, sementara Yesus sendiri ketika akan di salib
terlihat sedih dan sangat ketakutan berdoa kepada Tuhannya (Matius 26:38) dan
berteriak dengan suaranya yang nyaring memanggil Tuhan ketika di salib (Matius 27:46)?
Bagaimana Kesimpulan Kita?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Karena
mengandung (minimal) tiga kesalahan di atas, maka kita menyimpulkan
bahwa Al-Quran bukanlah wahyu Allah. Sebaiknya, Alkitab adalah
firman Allah.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja
Yesus berkata bahwa Al-Qur’an mengandung tiga kesalahan dan oleh karenanya
mereka berkesimpulan Al-Qur’an bukanlah wahyu Allah. Mereka mengatakan
Al-Qur’an mengandung kesalahan dengan tolok ukur Injil Kristen yang bukan
firman Allah karena terdapat banyak kesalahan. Berkesimpulan Al-Qur’an bukanlah
wahyu Allah dengan tolok ukut Injil Kristen yang bukan firman Tuhan adalah
kesimpulan cacat yang hanya dapat dibuat oleh orang yang tidak dapat berpikir
logis.
0 Response to "Pengakuan Pewahyuan Al-Quran Dan Berpikir Logis"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.