Ketika masih muda, saya dipanggil
dengan nama yang kurang sopan. Bahkan anak-anak sering memakai nama jelek untuk
melukai anak lain. Dari mana mereka
mendapat kebiasaan ini? Dari orang
dewasa? Atau orang tuanya? Memberi sebutan jelek pada orang lain
merupakan kebiasaan setiap orang di dunia.
Sebutan-sebutan Jelek yang Dipakai Umat Manusia
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Lihatlah sebutan yang sering
diberikan: Si Sombong, Si Tolol, Si Bodoh, Si Lambat, Si Iri, Si Gemuk, Si
Rakus dll. Bukankah kita ahli dalam
bidang ini? Dan berapa banyak orang
terluka karena sebutan ini. Mungkin satu sebutan yang paling tidak disukai bila
dipanggil “Si Fasik”. Kata fasik dipakai
untuk menggolongkan orang-orang ateis yang tidak bertuhan. Orang Indonesia
tidak senang dipanggil dengan sebutan ini.
Jawaban Saya: Kata fasik berasal dari bahasa Arab al-Fisq atau
al-Fusuq yang bermakna keluarnya sesuatu dari sesuatu yang lain dalam keadaan
rusak. Adapun dalam pengertian syariat maka artinya adalah keluar dari
ketaatan. Ketaatan yang dimaksud mencakup segala perbuatan, baik yang bila
ditinggalkan menyebabkan kufur maupun jika ditinggalkan tidak menyebabkan
kufur. Ada dua jenis kefasikan. Kefasikan jenis pertama pertama adalah
Kefasikan besar yang bersifat menyeluruh. Kefasikan pada jenis ini membuat
orangnya keluar dari Islam secara keseluruhan dan ini sama dengan kufur.
Sehingga orang kafir bisa disebut fasik. Seseorang masuk dalam kategori ini
jika melakukan salah satu bentuk kufur besar. Seperti menyembah selain kepada
Allah SWT, misalnya menyembah Yesus, maka orangnya dapat disebut fasik yang
menyebabkannya menjadi kafir. Kefasikan jenis kedua adalah kefasikan kecil yang
bersifat sebagian. Kefasikan pada jenis ini terjadi ketika seorang Muslim keluar
dari sebagian ajaran Islam dengan melakukan dosa besar. Dari pengertian ini
seorang mukmin yang melakukan dosa besar disebut fasiq atau al-fasiqul milli
(orang fasiq yang masih dalam agama Islam) atau mu’min naqishul iman (mukmin
yang imannya kurang) atau mu’min bi imanihi fasiq bi kabiratihi (mukmin dengan
imannya, fasiq dengan dosa besarnya).
Jadi, kafir Kristen pemuja Yesus yang
mengatakan kata fasik dipakai untuk menggolongkan orang-orang ateis yang tidak
bertuhan adalah salah.
Orang Fasik Adalah Pengikut Injil yang Tidak Mengikuti Injil
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Al-Quran dengan jelas
menekankan siapa-siapa yang tidak boleh disebut “fasik”! Juga dijelaskan bagaimana menghindari julukan
jelek ini. Perhatikanlah Qs 5:47: ”Dan
hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah di dalamnya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik”.
Ayat ini menekankan jika seorang
tidak mendasarkan kehidupannya pada Injil, ia akan disebut “fasik.” Injil yang
ada sekarang juga ada pada masa nabi Islam.
Bahkan naskah-naskah Injil ada yang disalin ratusan tahun sebelum nabi
Islam lahir. Umat percaya wajib
mengikuti seluruh isi Injil. Dengan
demikian mereka tidak akan digolongkan dengan orang fasik.
Jawaban Saya: Dan hendaklah
orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah di dalamnya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (Al Maa'idah: 47)
Firman Allah SWT; “Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil,
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya”, maksudnya
pengikut pengikut Injil itu diharuskan memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah di dalam Injil itu, sampai pada masa diturunkan Al Quran.
Sedangkan firman Allah SWT; “Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik”,
maksudnya siapa saja yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah SWT, yaitu kitab Taurat dan kitab Injil di masanya masing-masing dan tidak
memutuskan perkara menurut kitab Al-Qur’an setelah di utusnya Nabi Muhammad
SAW, maka mereka adalah orang-orang fasik. Sebagaimana firman Allah SWT lainnya
di dalam Al-Qur’an;
Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, kalian tidak dipandang beragama
sedikit pun hingga kalian menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan (Al-Qur’an)
yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian.” (Al Maa'idah: 68)
Kewajiban memutuskan perkara
menurut kitab Injil, hanya dibebankan kepada orang-orang yang lahir sebelum Nabi
Muhammad SAW di utus sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT. Setelah Al-Qur’an
diturunkan dengan di utusnya Nabi Muhammad SAW, maka tidak ada lagi kewajiban
bagi manusia untuk memutuskan perkara menurut hukum yang ada dalam kitab-kitab
terdahulu.
Allah SWT telah menurunkan Taurat
dan Injil khusus bagi bangsa Israel dalam batas waktu yang Allah SWT kehendaki.
Sedangkan Al-Qur’an adalah kitab wahyu Allah SWT yang terakhir, yang terjaga
dan diperuntukkan bagi seluruh manusia sebagai petunjuk sampai dengan hari
kiamat nanti. Dalam hadits Shahih Nabi Muhammad SAW bersabda;
“Keberadaan kalian di antara umat-umat terdahulu seperti permisalan
antara antara shalat 'ashar hingga matahari terbenam. Pemeluk taurat diberi
taurat dan mereka mengamalkannya hingga pertengahan siang, kemudian mereka
tidak bisa lagi mengamalknnya sehingga diberi satu qirath. Kemudian pemeluk
injil diberi injil dan mereka mengamalkannya hingga shalat 'ashar didirikan
lantas mereka tidak bisa lagi mengamalkannya, dan mereka diberi satu qirath.
Kemudian kalian diberi Al Qur'an dan kalian mengamalkannya hingga matahari
terbenam, lantas kalian diberi dua qirath dua qirath...” (Shahih
Bukhari: 6979)
Hadits di atas adalah perumpamaan
yang Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wasallam buat untuk menjelaskan kedudukan
umat Islam. Arti perumpamaan tersebut bahwa umat Yahudi diberi Taurat dan
mengamalkannya sampai diturunkannya Injil, umat Nasrani diberi Injil dan
mengamalkannya sampai diturunkannya Al-Qur’an, sementara itu umat Islam diberi
Al-Qur’an dan mengamalkannya sampai matahari terbenam yaitu sampai tiba hari
kiamat. Jadi seandainya pun ditemukan Injil yang sejati atau kitab-kitab
lainnya yang isinya utuh tidak ada kerusakan di dalamnya, maka Injil atau
kitab-kitab tersebut sudah tidak berlaku dan Allah SWT tidak akan memberikan
pahala sebab mengamalkannya. Tidak ada pilihan bagi manusia yang hidup di zaman
telah turunnya Al-Qur’an agar dapat selamat, kecuali menerima Islam sebagai
agamanya. Rasulullah SAW, bersabda: “Demi
Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini
baik Yahudi dan Nasrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak
beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk
penghuni neraka.” (Shahih Muslim: 218)
Al-Quran Meminta Umat Beragama Agar Menerima Isa Al-Masih Sebagai
Penebus dari Dosa
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Al-Quran menulis “…apa yang
diturunkan Allah di dalamnya.” Apa intisari Injil? Pertama Injil adalah kabar
baik tentang keselamatan. Berikut adalah
ayat suci dari bibir Isa Al-Masih sendiri: “Karena Anak Manusia[Isa Al-Masih]
juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Injil, Rasul Markus
10:45). Untuk “. . . memutuskan perkara
menurut . . .” Menerima Injil berarti
menerima Isa Al-Masih sebagai Penebus dari perbudakan dosa!
Jawaban Saya: Injil yang di maksud Al-Qur’an adalah kitab wahyu
yang diberikan kepada Nabi Isa AS untuk umatnya dari Bani Israel.
Sebagaimana firman Allah yang artinya; Dan
Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya
(yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat.
Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa (Al Maa'idah: 46).
Sedangkan Injil Kristen bukanlah
kitab wahyu yang diberikan kepada Nabi Isa AS atau Yesus. Injil Kristen
hanyalah kitab hasil karya tangan-tangan manusia yang ditulis jauh setelah Nabi
Isa AS atau Yesus di angkat ke langit. Sekalipun pada suatu hari ditemukan
kitab Injil asli yang pernah Allah turunkan kepada Nabi Isa AS, umat Islam dan
bahkan seluruh manusia sudah tidak memiliki kewajiban untuk mengamalkan ajaran-ajaran
yang ada di dalamnya. Karena dengan telah diturunkannya Al-Qur’an dan diutusnya
Nabi Muhammad SAW, kewajiban dalam mengamalkan ajaran-ajaran yang ada dalam
Injil telah dihapuskan. Kadaluwarsanya kitab-kitab yang diturunkan sebelum
Al-Qur’an, dapat anda baca dalam hadits sahih yang telah saya kutip di atas.
Hidup Sesuai Dengan Injil Berarti Mengikuti Etika Tertinggi di Dunia
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Orang Islam mengutamakan
kewajiban menaati hukum Syariah. Isa
Al-Masih merangkum semua hukum agama dalam dua hukum utama. Dua hukum ini diturunkan dari Allah sebagai
hukum-hukum terpenting bagi umat manusia, ribuan tahun sebelum nabi Islam hadir
di dunia. Dua hukum ini ditekankan oleh
Isa Al-Masih, Kalimat Allah, sebagai hukum inti Injil dan agama Allah. Agar
terhindar dari julukan “fasik”, seseorang harus memperhatikan dua hukum ini,
yaitu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal
budimu. Itulah hukum yang terutama dan
yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang
sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh
hukum Taurat dan kitab para nabi" (Injil, Rasul Besar Matius 22:37-40).
Jawaban Saya: Jawab Yesus
kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan
yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung
seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22:37-40)
Dari ayat-ayat di atas dapat kita
simpulkan. Menurut Yesus, hukum yang terutama dalam hukum Taurat ada dua, yaitu
pertama: mengasihi Allah dengan segenap hati, dan kedua: mengasihi sesama
manusia. Kedua hukum tersebut, oleh Kristen dipahami sebagai “merangkum seluruh
hukum Taurat dan kitab para nabi”, berbeda dengan Yesus di Matius 22:40 yang
menyebut di kedua hukum tersebut “tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab
para nabi”. Oleh karena itu, seorang Kristen tidak merasa perlu bersusah-payah
menjalankan hukum Taurat dengan sempurna yang menurut mereka mustahil dapat
dijalankan. Bagi mereka, cukup hanya dengan menjalankan dua hukum kasih sudah
sama dengan menjalankan seluruh hukum Taurat dengan sempurna. Padahal yang di
maksud Yesus di Matius 22:40 adalah kedua hukum kasih tersebut sebagai pokok
atau pondasi dari seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Lagi pula, kafir Kristen pemuja
Yesus tidak dapat disebut menjalankan hukum kasih pada ayat tersebut. Khususnya
hukum kasih yang pertama; “mengasihi Allah dengan segenap hati”. Bagaimana kafir
Kristen pemuja Yesus dapat di anggap mengasihi Tuhan, kalau yang mereka sembah
bukan Tuhan. Jadi kalau kafir Kristen pemuja Yesus merasa diri mereka terhindar
dari julukan fasik karena menjadi pemuja Yesus, mereka salah besar.
Kunci Menghindari Julukan Fasik
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Maukah saudara menghindari
julukan “fasik”? Ikutilah Injil seperti
orang percaya! Langkah pertama menerima Isa Al-Masih sebagai Penebus dari
perbudakan dosa. Langkah kedua hidup
sesuai dengan Hukum Pertama dan Hukum Kedua!
Bila seseorang mengikuti pedoman ini Saudara tidak boleh disebut
“fasik”.
Jawaban Saya: Menjadikan Yesus sebagai penebus dosa dan Tuhan,
tidak akan menjadikan seseorang terhindar dari julukan fasik. Menjadikan Yesus
sebagai penebus dosa dan Tuhan bukan hanya dapat menjadikan seseorang memperoleh julukan
fasik, bahkan akan menjadikan seseorang menjadi kafir. Sebagaimana firman Allah
SWT di dalam Al-Qur’an;
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam." Katakanlah:
"Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika
Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh
orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?." Kepunyaan Allahlah kerajaan
langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al Maa'idah: 17)
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (Al Maa'idah: 72)
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (Al Maa'idah: 72)
0 Response to "Bagaimana Menghindari Disebut "Fasik"?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.