Nabi Muhammad SAW yang buta
huruf, tidak dapat membaca dan menulis. Tetapi Al-Qur’an dapat memuat informasi
yang isinya banyak yang sama atau menyerupai Bible, Kitab Suci kafir Kristen. Nabi
Muhammad SAW mengetahui nama tokoh-tokoh serta kisah yang ada dalam Bible,
tentu memperoleh informasi-informasi tersebut dari orang Kristen di masa jahiliyah,
bukan dari membaca Bible karena status Beliau yang buta huruf. Itulah yang
terlintas dalam pikiran orang-orang kafir. Kafir Kristen pemuja Yesus yang pada
dasarnya membenci Islam, dengan sengaja mengabaikan kemungkinan lain mengapa
Al-Qur’an memiliki beberapa kesamaan dengan Bible dalam ajaran, nama
tokoh-tokoh serta kisah-kisah di dalamnya. Kafir Kristen pemuja Yesus mengabaikan
kemungkinan Nabi Muhammad SAW memperoleh informasi dari Allah SWT, karena
mereka tidak beriman terhadap kenabian Muhammad SAW dan menyisakan hanya satu
kemungkinan mengapa Al-Qur’an memiliki beberapa kesamaan dengan Bible dalam
ajaran, nama tokoh-tokoh serta kisah-kisah di dalamnya, yaitu mengetahui informasi
tersebut dari orang Kristen bernama Waraqah bin Naufal bin Asad. Untuk memperkuat
tuduhan mereka tersebut, kafir Kristen pemuja Yesus mengutip sebuah hadits
shahih berikut;
Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Bukair Telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Uqail dari Ibnu
Syihab -dalam riwayat lain- Dan Telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Marwan
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Aziz bin Abu Rizmah Telah
mengabarkan kepada kami Abu Shalih Salmawaih ia berkata; Telah menceritakan
kepadaku Abdullah dari Yunus bin Yazid ia berkata, Telah mengabarkan kepadaku
Ibnu Syihab bahwa Urwah bin Zubair Telah mengabarkan kepadanya, bahwa Aisyah
radliallahu 'anha isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; Peristiwa awal turunnya wahyu kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah diawali dengan Ar Ru`yah Ash
Shadiqah (mimpi yang benar) di dalam tidur. Tidaklah beliau bermimpi, kecuali
yang beliau lihat adalah sesuatu yang menyerupai belahan cahaya subuh. Dan di
dalam dirinya dimasukkan perasaan untuk selalu ingin menyendiri. Maka beliau
pun memutuskan untuk berdiam diri di dalam gua Hira`, beribadah di dalamnya
pada malam hari selama beberapa hari dan untuk itu, beliau membawa bekal.
Setelah perbekalannya habis, maka beliau kembali dan mengambil bekal. Begitulah
seterusnya sehingga kebenaran pun datang pada beliau, yakni saat beliau berada
di dalam gua Hira`. Malaikat mendatanginya seraya berkata, "Bacalah."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Aku tidak bisa
membaca." Beliau menjelaskan: "Lalu Malaikat itu pun menarik dan
menutupiku, hingga aku pun merasa kesusahan. Kemudian Malaikat itu kembali lagi
padaku dan berkata, 'Bacalah.' Aku menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Malaikat
itu menarikku kembali dan mendekapku hingga aku merasa kesulitan, lalu
memerintahkan kepadaku untuk kedua kalinya seraya berkata, 'Bacalah.' Aku
menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Ia menarik lagi dan mendekapku ketiga
kalinya hingga aku merasa kesusahan. Kemudian Malaikat itu menyuruhku
kembali seraya membaca, 'IQRA` BISMIKAL LADZII KHALAQ, KHALAQAL INSAANA MIN
'ALAQ IQRA` WA RABBUKAL AKRAM ALLADZII 'ALLAMAL BIL QALAM.. -hingga- 'ALLAMAL
INSAANA MAA LAM YA'LAM.'" Maka dengan badan yang menggigil, akhirnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali kepada Khadijah seraya berkata,
"Selimutilah aku..selimutilah aku." Hingga perasaan takut beliau pun
hilang. Setelah itu, beliau berkata kepada Khadijah, "Wahai Khadijah, apa
yang terjadi denganku, sungguh aku merasa khawatir atas diriku sendiri."
Akhirnya, beliau pun menuturkan kejadian yang beliau alami. Khadijah berkata,
"Tidak. Bergembiralah engkau. Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu
demi selama-lamanya. Sesungguhnya engkau benar-benar seorang yang senantiasa
menyambung silaturahmi, seorang yang jujur kata-katanya, menolong yang lemah,
memberi kepada orang yang tak punya, engkau juga memuliakan tamu dan membela
kebenaran." Akhirnya Khadijah pergi dengan membawa beliau hingga bertemu
dengan Waraqah bin Naufal, ia adalah anak pamannya Khadijah, yakni saudara
bapaknya. An Naufal adalah seorang penganut agama Nashrani pada masa Jahiliyah.
Ia seorang yang menulis kitab Arab. Ia menulis dari kitab Injil dengan bahasa
Arab. Saat itu, ia telah menjadi syeikh yang tua renta lagi buta. Khadijah
berkata padanya, "Wahai anak pamanku. Dengarkanlah tuturan dari anak
saudaramu." Waraqah berkata, "Wahai anak pamanku apa yang telah kamu
lihat?" Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun mengabarkan padanya
tentang kejadian yang telah beliau alami. Kemudian Waraqah pun berkata,
"Ini adalah Namus yang pernah diturunkan kepada Musa. Sekiranya aku masih
muda, dan sekiranya aku masih hidup..." ia mengatakan beberapa kalimat.
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah mereka
akan mengusirku?" Waraqah menjawab, "Ya, tidak ada seorang pun yang
datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa, kecuali ia akan disakiti. Dan
sekiranya aku masih mendapati hari itu, niscaya aku akan menolongmu dengan
pertolongan yang hebat." Tidak lama kemudian, Waraqah pun meninggal,
sementara wahyu terputus hingga membuat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
sedih. (Shahih Bukhari: 4572)
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Hadis di atas meriwayatkan
saat-saat awal di mana ayat-ayat Al-Qur’an mulai turun atau diterima oleh
Rasulullah SAW. Diriwayatkan bahwa karena Rasulullah SAW tidak dapat membaca,
beliau mengalami tekanan sampai ketakutan dan minta diselimuti. Memang cukup
rumit untuk dibayangkan. Rasulullah SAW dipilih sebagai penerima pewahyuan ;
sementara saat malaikat menyuruh beliau membaca (Ikra) beliau tidak dapat
membaca. Hal tersebut mengakibatkan rencana turunnya ayat-ayat Al-Qur’an
melalui Rasulullah SAW menjadi gagal pada saat itu. Tidak ada catatan atau
tulisan atau salinan ayat yang dihasilkan. Itu dikarenakan beliau tidak dapat
membaca dan menulis. Kalau tidak ada jalan keluar, dapat terjadi bahwa
ayat-ayat Al-Qur’an tidak jadi diwahyukan melalui beliau. Khadijah mencoba
mencarikan jalan keluar. Khadijah membawa Rasulullah SAW menemui Warakah bin
Naufal, anak dari paman Khadijah. Waraqah pernah memeluk agama Nasrani pada
zaman jahiliyah. Waraqah menulis dari Kitab Suci Injil dengan bahasa Arab,
seberapa yang dapat disalinnya. Kitab Suci Injil adalah Kitab Suci umat Nasrani.
Kami ingin mengutarakan pemikiran
yang kritis dan logis. Berarti dari Waraqah lah Rasulullah SAW mengetahui isi
Kitab Suci Injil umat Nasrani. Dari Waraqah lah Rasulullah SAW mengetahui nama
tokoh-tokoh yang ada di Kitab Suci umat Nasrani. Dari Waraqah jugalah
Rasulullah SAW mengetahui kisah atau peristiwa yang ada dalam Kitab Suci umat
Nasrani. Waraqah memiliki salinan dari sebagian ayat-ayat Kitab Suci Injil yang
ditulis dengan bahasa Arab.
Jawaban Saya: Malaikat Jibril tidak menyuruh Nabi Muhammad SAW
membaca. Yang diingini oleh Malaikat Jibril adalah agar Nabi Muhammad SAW
mengikuti apa yang di baca atau mengingatnya. Oleh karena itu pengalaman pertama
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, Beliau menyangka Malaikat Jibril menyuruhnya
untuk membaca (iqra’), sehingga Nabi Muhammad SAW berkata bahwa dirinya tidak
dapat membaca, padahal itu bagian ayat-ayat Al-Qur’an yang harus disampaikan
oleh Malaikat Jibril. Kesalahpahaman di bagian ini, biasanya kafir Kristen
pemuja Yesus menganggap Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad SAW dengan
membawa sebuah kitab bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an dan menyuruh Nabi Muhammad
SAW untuk membacanya.
Kafir Kristen pemuja Yesus
mengatakan rencana turunnya ayat-ayat Al-Qur’an gagal. Jika anda membaca hadits
yang dikutip oleh kafir Kristen pemuja Yesus di websitenya, mungkin anda akan membenarkan
perkataan mereka. Tidak semua isi hadits mereka kutip, agar muncul kesan Malaikat
Jibril gagal menyampaikan wahyu karena Nabi Muhammad SAW keburu kabur setelah
di minta untuk membaca. Tetapi jika anda membaca hadits yang saya kutip, anda
akan tahu kalau Malaikat Jibril tidak gagal menyampaikan wahyu. Malaikat Jibril
telah berhasil menyampaikan wahyu, empat ayat dari surah Al-'Alaq dan telah
menjadi bagian dari kitab Al-Qur’an sampai dengan sekarang. Kafir Kristen
pemuja Yesus yang menganggap Nabi Muhammad SAW gagal menerima wahyu dari
Malaikat Jibril, kemudian mengatakan Khadijah mencoba mencarikan jalan keluar
dengan membawa Nabi Muhammad SAW menemui Warakah bin Naufal. Itu tuduhan yang
tidak benar. Khadijah membawa Nabi Muhammad SAW menemui Warakah bin Naufal agar
Beliau dapat menceritakan pengalamannya di gua Hira. Dengan mendengar penjelasan
Warakah bin Naufal, Khadijah berharap Nabi Muhammad SAW dapat lebih tenang dan
tidak lagi mengkhawatirkan keselamatan dirinya.
Seperti yang dapat anda baca
dalam hadits shahih di atas. Warakah bin Naufal sama sekali tidak mengajarkan
Bible di hadapan Nabi Muhammad SAW. Yang dilakukan oleh Warakah bin Naufal
hanyalah menjelaskan bahwa yang menemui Nabi Muhammad SAW di gua Hira adalah
Namus yang juga pernah turun kepada Nabi Musa AS. Warakah bin Naufal juga
berjanji akan membela Nabi Muhammad SAW saat di usir oleh kaumnya jika dirinya
masih hidup. Hanya itu yang dikatakan oleh Warakah bin Naufal kepada Nabi
Muhammad SAW, tidak lebih. Selain itu, tidak ada hadits yang menceritakan Nabi
Muhammad SAW bertemu Warakah bin Naufal di lain waktu. Itu artinya Nabi
Muhammad SAW hanya sekali bertemu dengan Warakah bin Naufal. Tidak mungkin
kitab Bible yang setebal itu dipelajari oleh Nabi Muhammad SAW dari Warakah bin
Naufal dalam sekali pertemuan, tidak mungkin.
Kafir Kristen pemuja Yesus
menganggap ada keterkaitan antara wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW dengan Warakah
bin Naufal. Itu sama sekali tidak benar. Sebab wahyu pertama turun justru sebelum Nabi Muhammad SAW bertemu
dengan Warakah bin Naufal. Jika Al-Qur’an memang bersumber dari Warakah bin
Naufal, maka seharusnya wahyu pertama Nabi Muhammad SAW turun setelah Beliau
bertemu dengan Warakah bin Naufal. Wahyu kepada Nabi Muhammad SAW memang sempat
terputus, tetapi itu tidak selamanya. Puluhan tahun setelah Warakah bin Naufal
meninggal, Nabi Muhammad SAW masih menerima wahyu dan itu artinya wahyu yang
diterima Nabi Muhammad SAW tidak ada sangkut pautnya dengan Warakah bin Naufal.
Nabi Muhammad SAW masih bertemu dengan Malaikat Jibril setelah Warakah bin
Naufal meninggal. Jika memang Al-Qur’an bersumber dari Warakah bin Naufal, maka
seharusnya wahyu Nabi Muhammad SAW akan berhenti permanen ketika Warakah bin
Naufal meninggal dunia.
Penjelasan-penjelasan saya di
atas membuktikan tidak ada sesuatu misteri terkait turunnya Al-Qur’an. Kritik kafir
Kristen pemuja Yesus terkait turunnya Al-Qur’an tidak logis dan hanya
berdasarkan dugaan-dugaan semu yang tidak satu pun terbukti kebenarannya.
0 Response to "Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadr yang Diliputi Misteri"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.